Awal bulan sealu menyajikan pagi yang indah. masa laporan
bertumpuk-tumpuk telah lewat, mana kantong juga masih tebal. dunia telah
melayaniku dengan sangat memuaskan dan merubahku dari seorang lelaki
kampung yang lugu menjadi raja kecil di sebuah corporate ternama.
kantorku ada di sudirman plaza, lantai belasan. dengan ruang di pojokan
dan view penuh ke arah jalanan. pagi hari mataku dibasuh oleh lalu
lalang paha yang mulus dan dada penuh wanita wanita karir yang
terpampang di lensa teropong kecilku. dasar wanita, selalu ingin
dikagumi. dan aku tak malu untuk mengakui bila selalu aku mengagumi
mereka. dan tentu menikmati pula. dengan teropongku. dan dengan yang
lain pula.
perusahaan finance tempat aku hidup bukanlah yang terbesar diantara
ribuan perudahaan yang sama yang ada di jakarta. namun jelas bukan yang
terkecil, karena perusahaan ini telah setuju membayarku dengan gaji
yang .. hmm lumayan. meski untuk itu aku harus menyerahkan segalanya.
seluruh waktuku, meninggalkan hobbyku, sahabatku, semuanya. dan
menukarnya dengan jutaan digit angka angka yang mengaduk aduk otakku,
bahkan mengganggu mimpiku dengan mimpi menakutkan, mimpi jorok bahkan
sangat menjijikkan.
karena itu aku selalu merasa untuk harus memiliki sesuatu kegiatan yang
bisa meredakan tekanan ini. dan karena jelas waktuku telah dibeli lunas
perusahaan sialan ini ya aku memindahkan kegiatan ini ke kantorku
saja.
awalnya browsing situs porno memuaskan aku. lalu tidak lagi.
menghadirkan situs cerita panas cukup menghibur. lalu tidak terlalu
lagi. maka mau tidak mau aku menyajikan laga seru tepat di meja kerjaku.
dan siapa lagi bintang utamanya kalau bukan aku. dan tentu saja salah
seorang anak buah kesayanganku, yanti. seorang sarjana ekonomi, fresh
graduate, dari kota yang sama, yang sama tejebaknya di kota penuh nafsu
ini.
awalnya asal usul yang sama membuat kami merasa lebih istimewa dibanding
dengan teman yang lain. aku membuat peluang untuk menjadi lebih dekat.
lalu beban pekerjaan yang sama. membuat kami semakin dekat. tetapi
jelas buatku untuk berpacaran bukanlah suatu pilihan. aku tak ingin
terikat.
dulu aku merasa rambutnya yang panjang dan selalu harum itu begitu
menarik. aku katakan itu padanya dan kami menjadi semakin dekat. lalu
aku juga merasa matanya adalah mata terindah yang pernah aku temui. aku
juga katakan itu dan kami juga semakin dekat. terakhir aku mulai merasa
kalau dadanya yang sedang sedang saja itulah yang paling indah di
dunia, juga pantat yang menonjol di bawah pinggang yang ramping itu.
apalagi kalau ke bawah lagi, pahanya putih mulus lus lus sampai kaki
terbalut sepatu hak tinggi itu adalah daya tarik yang tak dapat kutahan
lagi. tetapi ini tidak aku katakan.
aku tersenyum sendiri. menghirup kopi. lalu meraih sebuah laporan di mejaku.
beberapa saat mataku terpaku pada angka angka yang ada di sebuah neraca
balance. otakku berputar sebagai mesin hitung termahal didunia. lalu
aku menarik kesimpulan dan tersenyum. tak ada masalah. aku selalu
tersenyum bila tak ada masalah.
tapi kadang angka angka yang banyak dapat memancing libidoku. seperti
kali ini. apalagi saat aku lihat paraf dipojok yang menyatakan kalau
penyusun laporan ini yanti. otakku menyusun sebuah bayangan deretan
angka-angka dengan latar belakang yanti, tanpa busana dan meiuk liuk
menarikan sesuatu yang erotis.
kuraih telfon. tat tit tut tat tit tut.
'halo ...'
'yanti ..'
suara diseberang menyahut lembut.
'aku udah baca portfolio klien kita diutara..'
suara merdu kembali bergumam akrab, berisi penjelasan dan sedikit gurau.
dia memang tidak pernah canggung menghadapiku. pengakuannya aku telah
dianggapnya sebagai saudara tuanya sendiri. dan pengakuanku aku
menganggapnya sebagai korban yang potensial. tentu saja cukup pengakuan
dalam hati.
'udah kamu kesini aja terangin langsung. aku gak nyambung.'
ceklek. telfon kututup. peluang kubuka.
tidak lama menungu si sintal itu datang. blazer tanpa dalaman membuat
aku terkesiap. juga milikku. da di du dia menerangkan ini itu sambil
duduk didepanku. mataku bekerja keras, sebentar ke angka angka, sebentar
ke wajahnya biar dia tankap keseriusanku, sebentar ke belahan dadanya.
shit, andai aku bisa berubah jadi nyamuk dan terjepit di tengahnya. da
di du, ia terus menerangkan.
aku menghela nafas, menunjukkan ketidaknyamanan atas keterangannya dan posisi duduk kami.
'udah, coba kamu ke samping sini, terangkan lagi, gak enak ngeliat huruf terbalik.'
dia beranjak, lalu pidah ke sampingku. bagiku gerakannya seperti
potongan film bioskop dalam gerak lambat memutari meja besar milikku dan
berdiri disampingku. lalu merunduk. tubuh kami begitu dekat. lalu ...
da di di du, kembali dia menyerocos menerangkan laporan tanpa masalah
itu. sambil memainkan kata oh ini, oh itu, tangan kananku hinggap di
pinggulnya. entah dia sadar ata tidak, yang jelas yanti diam saja.
cerocosannya tentang angka angka itu seperti background music yang indah
bagiku dan cerita utamanya adalah gerakan tanganku yang mulai meremas,
dan meraba wilayah pinggul indah itu.
yanti tiba tiba diam.
'pak ...', protesnya. sambil mendelik.
'sst...', kataku sambil tersenyum dan sambil meremas. kali ini agak ke bawah.
'pak, saya tidak suka ...'
hmmmp, kuraih pundaknya yang rendah karena merunduk, kutarik dan
kujejali mulutnya dengan lidahku yang mendidih. dia menolak. wajar.
namanya juga pembukaan.
saat rongga mulutku dipenuhi oleh daun telinganya dia berbisik.
'jangan pak ..'
aku tak peduli. pegangan tangan kiriku di rambutnya kupererat mencegah
leher jenjangnya menjauh dari bibirku yang lapar. tangan kananku
membasuh punggungnya, pantatnya juga pahanya. lalu kubisikkan.
'aku sayang kamu yan', tentu saja itu gombal,'sangat sayang'.
bagiku sayang itu artinya nggak keberatan kalau mengeluarkan sekian
ruiah untuk makan, nonton plus plus, asal aku dapat yang lain. hi hi hi.
dasar.
entah bagaimana detailnya, tapi aku rasa perubahan itu berlangsung hanya
beberapa menit. dan kini kami telah saling berpagutan. bibir kami
mengeluarkan jurus jurus andalan dan pamungkas seolah saling berusaha
untuk mengalahkan. dan tanganku ... aku tak intat telah kemana saja.
yang pasti pantat itu kini kuremas tanpa terhalang lagi oleh rok span
warna kelabu miliknya.
rok itu telah tersingkap dan kini tanganku menyusup dalam celana
dalamnya yang sialan ketatnya. yanti mendesah, lehernya basah oleh
liurku yang menyapu panas. matanya terpejam penuh penghayatan. aku nggak
tahu kenapa wanita yang terpejam dengan mulut menganga selalu membuat
diriku kejang kepanasan.
kubalikkan tubuhnya. kini dia merunduk bertumpu pada meka kerjaku.
tanganku menyusup pada blazernya. keduanya. meremas payudaranya yang
telah mengeras kenyal. dia mendesah.
kutekan keras keras milikku ke belahan pinggulnya. dan kurapatkan dadaku
ke punggungnya. terasa dia bergerak gerak, pinggulnya menekan nekan
milikku dan kami saling bergesekan.
kulepas satu demi satu kancing blazernya dengan tangan kiri. sengaja,
semakin sulit semakin indah. dia melenguh. tangan kananku menyingkap rok
depannya dan menempatkan jariku berputar putar lembut di kemaluannya.
kubiarkan beberapa saat seperti itu. kami saling berpagutan dalam posisi
sulit. dia membelakangi aku. tangan kiriku bebas memiliki dadanya yang
terbuka. blazernya telah turun setengah dan menyajikan punggungnya
untuk kusapu bersih dengan lidahku yang panas membara. tangan kananku
menelusup dalam di rongga itu. ada bunyi kecipak kecil disana.
nafasnya memburu deras. tangan kirinya bertumpu di meja dan tangan
kanannya menjambak rambutku. tubuhnya masih meliuk liuk penuh sensasi.
kami berpagutan lagi. lama. pinggulnya berputar putar. ooh, indah sekali
rasanya.
kemudian kulepaskan semua tanganku dan kubuka celanaku dengan tergesa.
dia masih diposisi semula. melihat keluarnya kemaluanku dari sarangnya
dengan sorot mata sayu. kupelorotkan celana dalamnya dan memperlihatkan
hamburger merah dalam posisi vertikal itu telah siap disikat.
kutuntun si hitam kebibir bawahnya. dia mendesah. mengatakan sesuatu.
aku tak mendengar karena full konsentrasi dengan tugas ini. dengan
menahan nafas, kumasukkan perlahan milikku ke milikknya. dia mengerang
tertahan. tubuhnya merebah ke depan mempermudah prosesi ini.
aku mengerang. dia mengerang. dan kami saling mengeliat menahan
kenikmatan ini. wajahnya tersandar pada meja kerja. matanya terpejam dan
bibirnya merekah merintih dengan nafas yang ditahan tahan. aku memacu
pinggul dan pinggangku dengan keras. kecepatan penuh.
suara kecipak semakin keras. biar saja. toh pintu tertutup rapat. suara
kami jelas tak bakalan terdengar tertimpa suara musik standar gedung
yang mengalun di setiap ruangan.
kuremas keras buah dadanya. kujilat punggungnya, kugigit pundaknya
kkuhisap telinganya. aku menikmati setiap hentakan pinggulku yang
menancapkan milikku pada titik terdalam dengan kecepatan maksimal.
dia melenguh. kadang kepalanya bergeleng kesana kemari. matanya terpejam
erat, bibirnya terbuka menyemburkan nafasnya yang tersengal sengal
keras. tangannya melekat di permukaan meja. jari kanannya meremas tepi
meja menonjolkan urat-urat kecil di permukaan lengannya. pinggulnya
menyentak nyentak mengikuti gerakan pinggangku.
terasa panas di seluruh dadaku. gelombang kenikmatan bertalu talu turun
dari atas tubuh ke titik di bawah kemaluanku. rabaanku ke punggungnya,
remasanku di payudara kenyal itu, genggamanku di pinggulnya dan gesekan
telapak tanganku di pahanya menimbulkan sensasi yang memperkuat
gelombang kenikmatan itu.
di berteriak kecil. berkali kali. tubuhnya meliuk bagai busur. mukanya
menengadah keatas dengan mulut terbuka penuh. lututnya melonjak lonjak
kecil mengarahkan miliknya menyongsong seranganku. dirasakannya perutnya
seperti diaduk aduk. dan dunia terasa seolah gelap berbintang bintang.
kami bergumul semakin liar. lonjakan lonjakan kami semakin tak
terkontrol. gelombang itu tak dapat kutahan lagi. terasa panas seolah
ada diubun ubun. lalu kurengkuh tubuhnya dengan sangat erat. kami saling
melekat dengan sangat erat. dan yanti berteriak keras. dia orgasme.
gelora deras meluncur deras dari seluruh ujung syaraf dan berkumpul di
kemaluannya. tak kuat lagi ia menahan perasaan itu. kulumat bibirnya
yang terasa sangat dingin. lalu keluarlah panas yang tak dapat kutahan
itu dari tubuhku. deras. berkali kali. diiring tubuhku yang mengejan
ngejan kaku.
kami berpelukan lama. melepas ketgangan ini. dan berangsur angsur
mengembalikan kesadaran kami. ruangan yang tadinya terlihat kabur
sedikit demi sedikit menjadi jelas.
meja, kursi, deretan cendera mata ...
tubuhku jatuh ke kursi kerja masih dengan nafas yang terengah engah.
tubuh yanti meorot ke lantai karpet. lalu bersandar di dinding kaca
pembatas. terlihat tubuh seksinya dengan dada terbuka menampakkan
payudara indah itu disana, blazer yang turun hinga lengan membebaskan
seluruh pundaknya, dan rok yang tersingkap di pinggang serta celana
dalam yang turun di pergelangan kaki. dia duduk berselonjor bersandar di
dinding, terlihat begitu seksi memperlihatkan gundukan hitam di
pangkal paha dalam backgroun tubuh jalan raya sudirman yang ramai.
nafasnya masih memburu. matanya menatap milikku beberapa saat. lalu berpindah menatapku. aku tersenyum.
'you're great', kataku.
'gila', cetusnya sambil tersenyum simpul dan melengos ke arah lain, malu malu. dia terlihat sangat cantik dari sebelumnya.
mataku menyapu dinding ruangan sambil berusaha mengatur nafas. tertumbuk
aku pada jam dinding. damm, jam 11 lebih. kami bermain 2 jam an. di
tempat gini. jam kerja. gila.
sebenarnya aku ingin sekali nambah. tapi realistis dong men. mau cari mati. lalu kupilih tersenyum sambil merapikan diri.
'kita makan apa siang ini, yan?'
'gila', katanya masih dengan jurus yang sama sambil meraih kotak tissue
Tidak ada komentar:
Posting Komentar