Jumat, 24 Mei 2013

Perkosaan : Pasien ku yang Cantik Itu



Sebut saja namaku dimas, seorang pemuda yang lahir 28 tahun
yang lalu di sebuah desa di lereng gunung lawu jawa tengah,
tawang mangu tepatnya aku dilahirkan dari sebuah keluarga petani
sayur yang bisa dibilang terpandang di kampungku. Hal tersebut
terjadi karena orangtuaku adalah pemilik mayoritas tanah di lereng
gunung yang dingin itu.
Selepas menamatkan pendidikanku di mts (setara smu) di sekitar
tempat tinggalku, kulanjutkan pendidikanku ke ungaran di sebuah
sekolah kesehatan ternama di kota itu, sesuai cita citaku untuk
mengabdikan hidupku untuk membantu sesama, terutama kaum
menengah kebawah seperti penduduk di kampong tempat
tinggalku.
Empat tahun sudah aku menjalani pendidikan di sekolah tersebut
yang kulalui dengan sungguh sungguh, berharap dapat lulus
dengan nilai yang memuaskan, sehingga dapat dengan mudah
mendapatkan pekerjaan sesuai yang aku harapkan.
Sudah tiga tahun aku lulus dari sekolah kesehatan, dan selama itu
pula aku bekerja di sebuah rumah sakit di semarang. Karena pada
saat aku lulus dengan peringkat ke tujuh dari 500 siswa,
rumahsakit tempat aku magang dahulu langsung
merekomendasikan aku ntuk menjadi karyawannya, walaupun
masih phl (petugas harian lepas) tapi aku sangat bersyukur waktu
itu.
Dua tahun kemudian aku diangkat sebagai pegawai negeri dan di
tempatkan di sebuah rumah sakit jiwa yang masih berada di
wilayah semarang. Seketika pada saat aku menerima skep
pengangkatanku di rumah sakit jiwa aku menyesal. Apa yang
harus ku perbuat dengan orang orang yang menderita gangguan
jiwa disana, bisa bisa aku malah ikutan jadi gila. Singkat kata
kujalani saja pekerjaanku dengan penuh rasa tanggung jawab dan
dedikasi hingga saat ini menginjak tahun ke dua.
Siang itu giliranku piket jaga untuk 24 jam kedepan, sekira jam
sepuluh pagi telepon di ruang piket berdering, setelah kuangkat
ada permintaan penjemputan seorang pasien yang diduga
menderita gangguan jiwa. Dari permintaan seseorang diseberang
alat telepon yang mengaku anggota kepolisian meminta pihak
rumah sakit menyediakan peralatan untuk menenangkan dan
membawa pasien ke rumah sakit. Beberapa saat setelah
melakukan procedural pelaksanaan tugas kami bergegas menuju
lokasi di sebuah kota di daerah magelang.
Dari informasi sementara dari yang kami terima, calon pasien
kami adalah seorang remaja putri berusia dua puluh dua tahun
yang menderita gangguan jiwa dengan dugaan sementara karena
telah direnggut kegadisannya oleh kekasihnya yang kini sirna
entah kemana.
Sampai dilokasi kami langsung disambut oleh isak tangis keluarga
yang memohon kesembuhan bagi putrinya. Dari keterangan
petugas kepolisian dan dari orang tua pasien maria telah menjalin
hubungan dengan andi yang kini pergi setelah berhasil
menggagahi putrinya, walau kemungkinan kehamilan itu belum
jelas namun trauma yang diderita maria seorang gadis dengan
kulit putih dan badan yang montok itu sedemikian berat, sehingga
dalam sakitnya dia mengancam semua orang yang mendekatinya
karena khawatir akan memutuskan hubungannya dengan andi
pacarnya.
“Tolong sembuhkan anak kami pak” sepatah kata yang terlontar
dari mulut seorang ibu disela isak tangisnya.
Setelah melakukan pengamatan, saya dan satu rekan saya
bambang memutuskan untuk memberikan suntikan penenang
kepada maria demi kemudahan perjalanan kami, dan setelah
mendapatkan persetujuan dari keluarga persiapan tindakan kami
lakukan. Aku mengeluarkan satu ampule deazepamp dan spetnya
sedangkan bambang dengan senyum ramah berusaha mendekati
maria yang dari tadi terus memluk bantal sambil memanggil
nama andi.
Dengan cepat bambang menindih tubuh maria dan menarik
tangan kanannya ke sisi untuk memberikan ruang bagiku untuk
menyuntikkan obat penenang ke nadi maria. Lima belas detik
kemudian usaha maria untuk meronta melepaskan pegangan
bambang pun melemah dan ……………. Dia tertidur dalam
pengaruh obat penenang. Berdua kami menggendong tubuh
maria yang kini lemas ke dalam mobil khusus expedisi pasien.
Kami baringkan maria di bagian belakan kendaraan dan kami kunci
pintu nya dari luar.
“ada yang mau ikut mengantar?” tanyaku kepada keluarga ketika
akan meninggalkan rumah maria.
“iya pak, tapi kami pakai mobil sendiri karena nanti sore kami
harus kembali kesini” jawab ayah maria.
Rombongan mobil berjalan beriringan dengan mobil kami berada
di posisi paling depan. Dalam perjalanan sesekali aku harus
mengontrol kondisi maria karena khawatir kalau pengaruh obat
penenang itu pudar walaupun sebenarnya sudah kupersiapkan
untuk lima jam perjalanan. Ketika kulakukan pengecekan, terlintas
dalam benakku ternyata maria adalah gadis yang cantik. Dengan
rambut lurus sebahu, tinggi badan tak kurang dari 160 cm
ditambah badan yang montok. Benar benar gadis yang cantik,
bisikku.
“mbang, pasien kita cantik lho mbang” kataku kepada bambang
yang sibuk mengendalikan kemudi.
“iya, tapi sayang gila” jawabnya tanpa ekspresi sedikitpun.
Hm………… sejenak kunikmati ayu wajah maria, ingin rasanya
kuremas buah dada montok yang menyembul dari kaos putih
yang dikenakan maria. “lho kan ni mobil kan nggak ada jendela”
so nggak mungkin orang diluar melihat yang aku lakukan.
Sedangkan bambang, silahkan aja mainin kemudi.
Iseng kuraba buah dada maria yang terlihat menantang dibalik
tulisan spice girl di kaos ketatnya. Maria diam saja ketika jari ku
mulai menjelajah ke vagina mungil yang dibalut celana jeans
hitam, hanya kepala dan badannya yang bergoyang – goyang
karena gerakan kendaraan. Benar benar useless ni cewek,
membuatku semakin tak bisa menahan diri. Kurubah posisi
tangan maria ke atas kepala dan mengikatkannya kepada besi
pengait yang ada di atas dragbar, kutarik keatas kaos putihnya
sehingga nampaklah sepasang buah dada nan indah menyembul
dari balik kaos itu. Kukulum dan kuhisap putingnya, kumainkan
dengan penuh nafsu dan maria tetap terlelap dalam pengaruh obat
penenang.
Kulepaskan perlahan kancing dan dengan hati hati kuturunkan
celana nya, ampun…. Terpampang dihadapan ku sebuah
pemandangan yang selama ini hanya ada dalam benakku,
kemaluannya sungguh indah dengan bulu halus menghiasi
atasnya. Kujilati dan kuhisap klitoritsnya sambil kedua tanganku
memainkan putting merah maria yang kini mulai agak mengeras.
Sedikit lenguhan keluar dari mulut mungil maria ketika kujulurkan
lidahku memasuki liang kemaluannya.
Sejenak aku takut dengan tindakanku, tapi toh maria kan udah
nggak perawan minimal itu keterangan dari orang tua dan pihak
kepolisian. Jadi “it’s ok babe” kuturuti nafsuku yang kini sudah ada
di ubun ubun, kubuka rest luiting celana seragamku dan
kukeluarkan batang kemaluanku yang kini sudah mengeras.
Kuangkat sedikit tubuh maria sehingga kepalanya mendongak
keatas, kubuka mulutnya dan sangat kunikmati hangatnya mulut
maria ketika batang penisku masuk ke dalam mulutnya. Dengan
mata yang masih terpejam maria seakan menikmati juga
kerasnya kemaluanku di dalam mulutnya.
Puas melakukan oral di mulut maria, kini tujuan utamaku adalah
kemaluannya yang indah. Kuambil posisi sejajar dengan maria
dan dengan perlahan kudorong masuk kepala penis ke dalam
vagina maria. Agak susah, mungkin karena baru beberapa kali aja
di menerima tamu penis laki laki. Uh…… maria melenguh dengan
sedikit mengangkat kepala, namun kembali dia terlelap dalam buai
deazepamp. Kutarik sedikit penisku dan kembali kudorong dengan
tekanan yang lebih kuat, kuulang beberapa kali dan akhirnya lancer
juga walau agak sesak.
Dengan penuh nafsu yang meracuniku telah kucumbu kujilat dan
kusetubuhi pasien ku dalam keadaan tak sadarkan diri. Dan aku tak
menyesal, hinggak akhirnya aku mencapai klimaks dan kubuang
seluruh spermaku diatas tubuh maria yang masih tergolek tak
berdaya.
Setelah merapikan pakaianku sendiri, kukenakan kembali pakaian
yang dikenakan maria mulai dari celana calam, jeans dan terakhir
kaos putihnya setelah sebelumnya kubersihkan tubuhnya dengan
cairan alcohol (biar bau sperma hilang). Ketika aku kembali duduk
di bangku depan kendaraan kami sudah sampai semarang.
Hh……………. Hampir sampai, bisikku.
“gimana ? cantik” Tanya bambang mengagetkanku.
“yup” jawabku singkat.
Tapi aku sudah punya rencana untuk pasienku yang satu ini.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar